Dunia Pendidikan Yang Tidak Mendidik

Secara umum arti Pendidikan adalah sebuah pembelajaran tentang pengetahuan dan keterampilan yang diturunkan dari satu generasi ke generasi berikutnya melalui suatu sistem pengajaran, pelatihan, atau penelitian.

Dunia Pendidikan Yang Tidak Mendidik

Suatu hak pendidikan telah diakui oleh pemerintah sampai taraf internasional, Pasal 13 PBB 1966 Kovenan Internasional yang berisi tentang Hak Ekonomi, Sosial dan Budaya serta mengakui hak setiap orang atas pendidikan. Namun kini beberapa orang yang notabene adalah pelaku pendidikan yang seharusnya bertugas untuk senantiasa meningkatkan potensi dan fungsi pendidikan ternyata malah melakukan perbuatan yang amat sangat tidak mencerminkan Visi dan Misi sebuah pendidikan. Beberapa kasus asusila dan kriminal yang berbackground pendidikan belakangan ini kian menghiasi media masa. Sungguh ironis dunia pendidikan saat ini, tidak lagi adanya ketertiban dan ketaatan pada norma-norma kehidupan serta perilaku buruk para pendidik maupun anak didik menjadikan wajah pendidikan menjadi suram dan tercemar, mungkin berikut ini adalah beberapa contoh kecil di dunia pendidikan yang lagi-lagi mengharuskan kita untuk bercermin.

Kunci Jawaban UN Bocor
Dunia Pendidikan Yang Tidak Mendidik
kasus bocornya kunci jawaban UN adalah bukan cerita baru di dunia pendidikan di negeri ini, beberapa berita di media cetak dan elektronik sudah sering memberitakan akan hal tersebut, namun kenapa masalaini seperti tidak ada tindakan penyelesaiannya. Tahun berganti tahun dan begitupun tahun ajaran yang terus berganti, tetapi tetap saja kasus yang sama tetap bermunculan dengan pemeran-pemeran baru dan cara-cara yang baru.

Jual Beli Skripsi
Dunia Pendidikan Yang Tidak Mendidik
Di lingkup perguruan tinggi, ini mungkin sudah menjadi maknan sehari-hari para penduduk kampus, beberapa mhasiswa memiliki cara untuk dapat menuntaskan proses pendidikannya tanpa harus suah-susah berfikir. Untuk mendapatkan keabsahan bahwa seorang mahasiswa telah menyelesaikan pengajarannya, mahasiswa tersebut wajib mengerjakan dan menyelesaikan tugas akhir yaitu Skripsi.Seperti yang kita tahu Skripsi adalah karya ilmiah yang di harus di selesaikan dengan se autentik mungkin karna itu akan menjadi tolak ukur keberhasilan sebuah jurusan yang di ambil, syarat agar bisa menyelesaikan Skripsi dengan benar adalah mahasiswa haruslah menjalankan sistem pengajaran pada suatu fakultan perguruan tinggi sepenuhnya. Namun itu ti dak lagi berlaku, beberapa oknum yang tidak bertanggung jawab rupa-rupanya telah menjerumuskan para mahasiswa kelubang kehancuran masa depannya. Skripsi yang awalnya menjadi suatu hal yang sakral dan susah di dapat kini menjadi barabg dagangan yang sangat mudah di peroleh, asal si mahasiswa punya uang saku lebih, jadi Para mahasiswa tidak perlu selalu mengikuti mata kuliah dan mengerjakan tugas dosen, cukup menyiapkan dana pada penyedia jasa pembuatan Skripsi, maka mereka akan segera mendapatkannya, bahkan tidak perlu kuliah lamapun Skripsi bisa di dapatkan.

Beberapa kasus ini belakangan baru terungkap, padahal kejadian ini sudah berlangsung cukup lama.

Guru Mencabuli Muridnya
Dunia Pendidikan Yang Tidak Mendidik
Siapa yang tidak kesal dengan kejadian ini, seorang Guru yang seharusnya menjadi contoh dan panutan para muridnya malah menjadi iblis kejam yang menghapus masa depan mereka yang masih sangat panjang. kasus guru yang mencabuli muridnya tersebut jelas akan menjadikan was-was para wali murid dan tentunya para peserta didik untuk melakukan aktifitas belajar di yayasan-yayasan pendidikan formal. jika demikian maka secara tidak langsung pera guru tersebut sudah melakukan pembodohan kepada calon generasi bangsa yang nantinya akan memegang tongkat estafet masa depan bangsa ini.

Sarjana Jadi kuli
Dunia Pendidikan Yang Tidak Mendidik
Ini mungkin sebuah barometer yang sering menjadi tolak ukur para generasi penerus tidak melanjutkan jenjang pendidikan ke tingkat yang lebih tinggi. " Percuma jadi sarjana, toh nanti Ujung-ujungnya nganggur", ini kutipan kalimat yang sering menjadi alasan beberapa anak yang tidak melanjutkan pendidikannya. Dalam kasus ini mungkin kesalahan bukan sepenuhnya terjadi pada peserta didik, ini bisa saja terjadi karna sistem pendidikan yang selalu mengajarkan para peserta didik untuk berkompetisi di satu bidang profesi yang itu-itu saja, juga doktrin pengajaran yang menuntun para peserta didik untuk nantina menjadi pegawai bukan pengusaha.

Yang Kaya Yang Bisa Sekolah
Dunia Pendidikan Yang Tidak Mendidik
Realistis namun tidak etis. Jika tujuan pendidikan menitik beratkan pada kekuatan finansial seorang maka tidak butuh waktu yang lama untuk meruntuhkan kedaulatan sebuah negri. kenapa demikian, karna realita yang ada saat ini, masyarakat indonesia di dominasi oleh kalangan menegah ke bawah, dan di antara mereka yang ada di garis tersebut kemungkinan besar adalah mereka yang berpotensi besar. Mereka tidak mampu untuk membayar biaya pendidikan namun sebenarnya mereka punya potensi yang mampu mengarahkan negerinya ke aranh yang lebih maju dan berdaulat. tidakkah rugi jika sosok-sosok seperti demikian di abaikan begitu saja. Misal hanya mengandalkan orang-arang yang berada yang dapat mengenyam pendidikan yang tinggi, apakah menjamin mereka yang kaya bisa seberpotonsi seperti mereka yang tidak berkesemppatan, rata-rata jika seorang anak katakanlah, sudah terbiasa dengan kemudahan, maka mereka tidak akan tahu cara bagai mana cara bekerja keras. Padahal untuk membangun sebuah negara yang besar itu di butuhkan figur-figur yang solid, kuat, dan tau cara berjuang dan bekerja keras.

Demikian beberapa contoh warna-warni permasalahan yang ada di Dunia Pendidikan negara kita, tidak perlu menunggu dan mengharap peran pemerintah, selagi ada kesempatan kita harus berperan aktif dan ikut serta mensukseskan visi dan misi pendidikan ini, agar para peserta didik dan para pelaku pendidikan menerima porsi sebagai mana mestinya.

No comments