Ketoprak. Seni Teatrikal Yang Tergeser Zaman

Ketoprak dalam bahasa Jawa adalah suatu kesenian pementasan drama tradisional yang berasal dari Surakarta dan selanjutnya berkembang pesat di Yogyakarta, kesenian ini akhirnya sering disebut sebagai Ketoprak Mataram. Dahulu ketoprak ini menggunakan iringan musik dari lesung atau alat menumbuk padi yang tabuh dengan berirama sebagai pembuka, saat pergantian adegan, dan penutup pertunjukan ketoprak tersebut.

Tema ceritanya sendiri memakai cerita yang di ambil dari cerita legenda atau sejarah Jawa, meskipun kadang ada juga cerita yang bersifat fiksi. Selain mengambil tema cerita dari budaya lokal juga banyak pula meambil cerita dari luar negeri, salah satu lakon (judul) yang terkenal adalah Sampek engtay. Dari karakter iringan musik dan asal ketoprak berasal, kemudian ketoprak memiliki tiga jenis ketoprak yang secara umum di kenal dengan sebutan Ketoprak Lesung, Ketoprak Mataram, Dan ketoprak Dor. Berikut definisi dan keterangan tentang jenis-jenis Ketoprak tersebut.

1. Ketoprak Lesung, seni pertunjukan ketoprak di Pulau Jawa dengan iringan lesung.

Ketoprak. Seni Teatrikal Yang Tergeser Zaman

Ketoprak ini terdiri dari lesung, kendang, terbang dan seruling sebagai iringan musiknya. Ceritera yang pentaskan adalah seputar cerita rakyat dalam lingkup kehidupan di kawasan kademangan saja. Cerita dalam Ketoprak jenis ini tergolong cerita yang mengangkat permasalahan yang ringan dan keseharian.

Oleh karena itu kostumnya pun seperti yang di pakai untuk sehari-hari yang menggambarkan penduduk pedesaan, ditambah dengan sedikit make up yang realis. Untuk mementaskan Ketoprak Lesung dibutuhkan kurang lebih 22 orang,15 orang untuk pemain (pria dan wanita) dan 7 orang sebagai pemusik. Dari sudut pandang aturan bermusik di sini tidak dikenal adanya vokalis khusus atau waranggana. Waranggana untuk mengiringi musik dilakukan bersama-sama baik oleh pemusik maupun pemain.

Ketoprak Lesung ini menggunakan pentas berupa latar luas dengan desain lantai yang berbentuk lingkaran dan di kelilingi obor yang dahulu du gunakan sebagai penerangan, meski penggunaan obor dalam pentas Ketoprak leseng masih di pertahankan, namun sudah tidak lagi di fungsikan sebagai penerangan untuk sepenuhnya, dalam hal ini obor di gunakan untuk mempertahankan ciri khas pentas tersebut. Untuk penerangannya sendiri saat ini sudah memakai alat bantu penerangan modern.

Durasi untuk sebuah pertunjukkan ini tidak dapat di tentukan, karna menyesuaikan lakon dan terkadang memenuhi permintaan penyelenggaranya, tapi kebanyakan pentas ini berlangsung hingga semalam suntuk seperti pagelaran wayang kulit.

2. Ketoprak Mataram, seni pertunjukan ketoprak di Pulau Jawa dengan iringan gamelan.

Ketoprak. Seni Teatrikal Yang Tergeser Zaman

Ketoprak Gamelan ini lebih banyak diambil dari cerita  tentang kerajaan-kerajaan yang pernah ada, terutama kerajaan yang ada di Jawa. Untuk mementaskan Ketoprak gamelan ini di butuhkan kru sebanyak kurang lebih 34 orang pemain, penabuh gamelan, waranggana, serta dalang.
Para pemain Ketoprak memakai kostum dan make up sesuai dengan peran dan cerita ketika mereka tampil. Ketoprak gamelan menggunakan panggung yang sudah di dekorasi sesuai cerita yang di angkat.

Durasi pertunjukan untuk setiap pementasan bisa mencapai 7 sampai 8 jam, dan bisa dilakukan baik siang maupun malam hari karna biasanya Ketoprak ini di gelar dalam sebuah gedung tertutup. Dalam pertunjukan Ketoprak ini para pemain  biasanya berpedoman pada naskah singkat yang dibuat oleh dalang. Naskah ini hanya memuat intisari tentang adegan apa saja yang harus perankan. Dialog, mimik dan lain-lain ketika sudah di panggung sepenuhnya dilakukan oleh pemain secara improvisasi. Sesuai dengan namanya Ketoprak ini gamelan Jawa lengkap pelog dan slendro untuk mengiringinya.

3. Ketoprak Dor, sebuah hiburan masyarakat Jawa Deli di Sumatera bagian Timur.

Ketoprak. Seni Teatrikal Yang Tergeser Zaman

Ketoprak Dor adalah seni pertunjukan rakyat dengan gaya opera. Ketoprak ini merupakan warisan hiburan dari orang-orang Jawa Deli yang ada di Sumatera bagian Timur. Seni pertunjukan ini lahir di tengah-tengah situasi perbudakan terburuk dalam sejarah Asia Tenggara dan menjadi bagian sejarah kuli kontrak di tanah Deli.

(2008: 19-20) Hatley merujuk sebuah pendapat dari Wijaya dan Sutjipto tentang sejarah awal lahirnya kesenian ketoprak. Menurutnya ketoprak muncul pada pertengahan akhir abad 19 di daerah pedalaman antara kota Surakarta dan Yogyakarta. Pada sekitar tahun 1977 ketoprak mulai dikembangkan sebagai bentuk hiburan teater musikal di beberapa daerah di Jawa yang dipentaskan saat pasca panen atau dalam suatu perayaan masyarakat. Musik kothekan adalah musik yang digunakan untuk mengiringi pertunjukan tersebut, yaitu dengan menggunakan lesung dan alu.

Pertunjukan tersebut dilangsungkan pada malam hari. Satu atau dua orang memukul lesung, beberapa orang memanggil penduduk desa yang lain, beberapa orang yang datang ikut memukul lesung, dan ada pula yang menari. Awal mulanya hanya seperti itu. Lalu pada akhir abad 19 mulai berkembang dan diberi cerita sederhana. Alat musik pun diperbanyak dengan menambahkan kendang, seruling, dan tamborin.

Saat ini kesenian ketoprak sudah tidak lagi mendapat tempat di hati para generasi modern, mungkin karna sudah tidak lagi menarik atau " kuno" menurut anak zaman sekarang. Memang tidak dapat di pungkiri tentang selera kebarat-baratan para muda-mudi yang akhirnya mengabaikan budaya milik sendiri, mungkin karna trend!? Katanya... Tapi menurut kami cinta budaya sendiri lebih keren dari pada pinjam budaya orang.

No comments