Pria ini Menghabiskan US$ 23.000 Trilliun Hanya Untuk Sebungkus Rokok
Merokok adalah suatu kebiasaan yang sebagian besar di lakukan pria dewasa di seluruh dunia, dan beberapa wanita juga melakukan kebiasaan yang mempengaruhi kesehatan tubuh ini. Merokok bagi sebagian orang adalah sebuah keharusan dan bisa di bilang rokok adalah kebutuhan primer bagi para perokok aktif, dalam 24 jam perokok mampu menghabiskan hingga 48 batang rokok bahkan lebih. Walaupun akibat dari kebiasaan merokok sangat merugikan kesehatan, nyatanya hal itu tidak bisa menghentikan hasrat perokok untuk terus menghisap nikotin setiap hari.
Sudah banyak upaya yang di lakukan pemerintah untuk menekan angka kebutuhan rokok di beberapa negara termasuk Indonesia, salah satunya dengan cara meningkatkan pajak cukai tembakau, namanun lagi-lagi usaha tersebut tidak memberi hasil yang efektif, terbukti berapapun harga rokok yang di jual tetap akan di belinya.
Ada cerita menarik yang berhubungan dengan biaya yang di keluarkan untuk membeli rokok, cerita itu berasal dari seorang pria asal Manchester yang menghabiskan hingga 23 trilliun dolar untuk Harga Satu Bungkus Rokok.
Cerita itu berawal ketika pria tersebut melihat tagihan kartu kredit yang mencapai lebih dari US$23.000 trilliun setelah membeli sebungkus rokok di sebuah minimarket. Josh Muzynski pria asal Manchester, negara bagian New Hampshire, itu membeli sebungkus rokok di sebuah toko dekat stasiun pengisian bahan bakar. Seperti biasa, setelah membeli sesuatu ia mengeluarkan kartu kredit untuk membayar apa yang sudah ia belanjakan.
Tak lama waktu berselang, Josh mengecek jumlah tagihan terakhir pada kartu kredit dari laptopnya, dan yang terjadi adalah Josh sangat kaget melihat apa yang beru saja terjadi, hal itu benar-benar di luar dugaannya, mungkin juga di luar dugaan kita semua. Josh harus membayar mahal rokok yang telah iya beli, sebungkus rokok di bandrol dengan harga yang fantastis yaitu $23.148.855.308.184.500 atau 23 quadriliun, 148 triliun, 855 miliar, 308 juta, 184 ribu, 500 dolar. Singkatnya, 23 ribu triliun dolar lebih. Woww!!!... itu nilai yang jauh melebihi kekayaan negara kita yang hanya berkisar pada Rp1.948,23 triliun.
Sambil bengong dan masih dalam kondisi tidak percaya, kemudian Josh pun menunjukkan tagihan kartu kreditnya di laman Bank of America kepada kasir minimarket ynag melayani josh ketika membeli rokok. tak cukup berhenti sampai di situ, sang kasir yang juga tidak habis pikir dengan apa yang telah Josh alami lalu segara mengkonfirmasikan masalah tersebut kapada menejer toko yang bernama Debbie Rodriguez. Sang menejer berkata pada Josh, " Saya pun tidak percaya”, ujar Debbie Rodriguez, seperti dikutip di laman stasiun televisi WMUR-TV, Rabu 15 Juli 2009 waktu setempat.
Padahal, menurut Rodriguez, saat itu Josh hanya di kenakan tagihan sebesar 5 dolar ke dalam kartu kredit milik Josh, sesuai dengan harga rokok yang dibelinya. "Artinya, ini merupakan kesalahan dari bank", kata menejer toko tersebut.
Josh lantas menelpon staf Bank of America selama 2 jam lamanya untuk mengadukan masalah itu. entah apa lagi yang telah terjadi tiba-tiba Josh kembali dikenakan tambahan tagihan US$15. Dan keesokan harinya, pihak bank segera meralat jumlah tagihan kartu kredit Josh.
Kepada stasiun televisi WMUR-TV, Bank of America menyatakan bahwa masalah itu sebaiknya ditanyakan kepada perusahaan kartu kredit yang di gunakannya sebagai penerbit kartu kredit. Menurut pihak yang bersangkutan memang terjadi kesalahan sistem pada hari Rabu 15 Juli 2009, masalah itu akibat “kesalahan pemrograman sementara.”, dan ternyata bukan hanya Josh yang menjadi korban, seluruh pengguna kartu kredit yang sama juga di kejutkan masalah tersebut.
Apa jadinya jika benar-benar ada rokok yang harganya sampai melebihi jumlah nominal kekayaan suatu negara, untungnya hal itu hanya karna sebuah keslahan sistem.
Merokok memang bukan kebiasaan yang baik, namun selain merokok masih banyak kebiasaan-kebiasaan yang jauh lebih buruk dan tidak hanya merugikan kesahatan saja, tapi juga bisa merugikan negara dan masa depan. Jadi kesimpulannya, jangan selalu menganggap perokok sebagai pribadi yang buruk. Setidaknya perokok hanya merugikan kesehatannya sendiri bukan orang lain, dan kalau memang alasannya perokok pasif juga ikut merasakan dampaknya, itu salah besar, ada riset yang membuktikan bahwa perokok pasif itu aman.
Post a Comment