Maafkan Kami Bung Tomo

Bahkan Ketika saya sedang menulis artikel ini, saya masih dalam keadaan menangis tersedu mengingat apa yang telah kami para generasi pasca merdeka lakukan selama ini. Beberapa kali saya berhenti mengetik karna tak dapat menahan kesedihan dalam hati.

Maafkan Kami Bung Tomo

Berawal dari musyawarah untuk persiapan acara 17-an di lingkungan kami. Dalam forum tersebut salah seseorang rekan bercerita tentang sejarah perjuangan para pahlawan sebagai gambaran untuk konsep gelaran Karnaval yang akan menjadi salah satu kegiatan di bulan agustus ini. Singkat cerita kemudian kami tertarik dan sepakat untuk mengangkat sejarah Bung Tomo sebagai salah satu temanya, karna kami kurang menguasai isi cerita dan informasinya, akhirnya kami mencari referensi di Internet, kami awali dengan searching tentang segala yang berhubungan dengan Bung Tomo. Di situ saya menemukan Audio rekaman pidato bung tomo yang spontan membuat kami gemetar mendengarkan suara sang pejuang melantangkan pidato semangat perjuangannya untuk merebut kedaulatan NKRI untuk kota Surabaya dari Inggris.

Seketika itu kami khususnya saya tak terasa meneteskan air mata karna merasa malu dan bersalah, kami merasa gagal meneruskan kemerdekaan yang susah payah di perjuangkan oleh para pendahulu. Dan yang awalnya niat kami untuk mencari referensi untuk konsep urung kami lakukan.

Berikut adalah teks pidato Bung Tomo yang kami maksud, mungkin pembaca sudah sering mendengar pidato ini, tapi coba resapi dengan penuh kesadaran pada saat membaca, atau bisa juga mendengarkan versi audionya.

Maafkan Kami Bung Tomo

Bismillahirrahmanirrahim …

Merdeka !!!

Saudara-saudara rakyat jelata di seluruh Indonesia, terutama, saudara-saudara penduduk kota Surabaya. Kita semuanya telah mengetahui bahwa hari ini tentara Inggris telah menyebarkan pamflet-pamflet yang memberikan suatu ancaman kepada kita semua. Kita diwajibkan untuk dalam waktu yang mereka tentukan, menyerahkan senjata-senjata yang kita rebut dari tentara Jepang.

Mereka telah minta supaya kita datang pada mereka itu dengan mengangkat tangan. Mereka telah minta supaya kita semua datang kepada mereka itu dengan membawa bendera putih tanda menyerah kepada mereka.

Saudara-saudara, didalam pertempuran-pertempuran yang lampau, kita sekalian telah menunjukkan bahwa rakyat Indonesia di Surabaya, pemuda-pemuda yang berasal dari Maluku, pemuda-pemuda yang berasal dari Sulawesi, pemuda-pemuda yang berasal dari Pulau Bali, pemuda-pemuda yang berasal dari Kalimantan, pemuda-pemuda dari seluruh Sumatera, pemuda Aceh, pemuda Tapanuli & seluruh pemuda Indonesia yang ada di Surabaya ini, didalam pasukan-pasukan mereka masing-masing dengan pasukan-pasukan rakyat yang dibentuk di kampung-kampung, telah menunjukkan satu pertahanan yang tidak bisa dijebol, telah menunjukkan satu kekuatan sehingga mereka itu terjepit di mana-mana.

Hanya karena taktik yang licik daripada mereka itu, saudara-saudara dengan mendatangkan presiden & pemimpin-pemimpin lainnya ke Surabaya ini, maka kita tunduk untuk menghentikan pertempuran. Tetapi pada masa itu mereka telah memperkuat diri, dan setelah kuat sekarang inilah keadaannya.

Saudara-saudara, kita semuanya, kita bangsa Indonesia yang ada di Surabaya ini akan menerima tantangan tentara Inggris ini. Dan kalau pimpinan tentara Inggris yang ada di Surabaya ingin mendengarkan jawaban rakyat Indonesia, ingin mendengarkan jawaban seluruh pemuda Indonesia yang ada di Surabaya ini. Dengarkanlah ini hai tentara Inggris, ini jawaban rakyat Surabaya, ini jawaban pemuda Indonesia kepada kau sekalian.

Hai tentara Inggris !
Kau menghendaki bahwa kita ini akan membawa bendera putih takluk kepadamu, menyuruh kita mengangkat tangan datang kepadamu, kau menyuruh kita membawa senjata-senjata yang kita rampas dari Jepang untuk diserahkan kepadamu.

Tuntutan itu walaupun kita tahu bahwa kau sekalian akan mengancam kita untuk menggempur kita dengan seluruh kekuatan yang ada. Tetapi inilah jawaban kita: Selama banteng-banteng Indonesia masih mempunyai darah merah yang dapat membikin secarik kain putih menjadi merah & putih, maka selama itu tidak akan kita mau menyerah kepada siapapun juga!
Saudara-saudara rakyat Surabaya, siaplah keadaan genting tetapi saya peringatkan sekali lagi, jangan mulai menembak, baru kalau kita ditembak, maka kita akan ganti menyerang mereka itu.

Kita tunjukkan bahwa kita adalah benar-benar orang yang ingin merdeka. Dan untuk kita, saudara-saudara, lebih baik kita hancur lebur daripada tidak merdeka. Semboyan kita tetap: MERDEKA atau MATI.

Dan kita yakin, saudara-saudara, pada akhirnya pastilah kemenangan akan jatuh ke tangan kita sebab Allah selalu berada di pihak yang benar, percayalah saudara-saudara, Tuhan akan melindungi kita sekalian

Allahu Akbar..!
Allahu Akbar..!
Allahu Akbar…!

MERDEKA!!!

Pidato tersebut sangat memebuat jiwa nasionalisme kami tergetar, dan yang membuat kami sedih adalah karna perilaku kami sendiri para pemuda generasi penerus yang sangat tidak mencerminkan jiwa, nasionalisme.

Sesal kami terlampau dalam, kami lupa akan amanat engkau wahai para pejuang. Maafkan kami jika kami tak dapat mengemban amanat ini dengan baik, kami sadar kami masih perlu banyak berbenah menyikapi arti dan nilai-nilai perjuangan untuk kemerdekaan bangsa ini.

Wahai para pemuda generasi penerus bangsa, kami ajak kalian untuk senantiasa bangga terhadap bangsa ini dan menjunjung tinggi arti Proklamasi sebagai bukti bahwa kita pantas menjadi pewaris kemerdekan. mari kita buat bangga jiwa- jiwa agung para Pejuang yang telah bersemayam dalam dimensi yang sudah berbeda, janganlah kita menambah beban penderitaan para pejuang yang sudah rela berkorban jiwa raga dengan mendaulatkan jiwa Nasionalisme dalam diri kita.

Saat ini kita tinggal meneruskan lukisan kemerdekan yang telah mereka pahat dengan susah payah.
Jika tak ada lagi perang maka kita teruskan perjuangan dengan karya.
Kini Tak lagi "Merdeka atau mati"
Kini saatnya "Perjuangkan kemerdekan untuk bangsa dan mereka yang sudah rela mati"

No comments